Benarkah Ajaran Syekh Siti Jenar Itu Sesat? Hal ini pernah
ditanyakan oleh banyak orang. Tentu anda pernah berpikiran juga seperti
itu, apakah Syekh Siti Jenar ajarannya sesat. Banyak artikel, buku bahkan film yang mengisahkan cerita tentang waliyullah yang satu ini. Bahkan kesimpang siuran cerita banyak versi yang beredar, itu syah-syah saja karena pendapat orang pasti berbeda-beda. Syekh Siti Jenar itu Sesat atau tidak sebenarnya tidak perlu dibahas, namun perlu diluruskan agar sejarah itu tidak menjadikannya suatu hal yang salah kaprah. Orang menganggap Ajaran Syekh Siti Jenar Itu Sesat? atau Syekh Siti Jenar Itu Sesat? Jawabnya Syekh Siti Jenar Itu Sesat memang Benar!!!
Andapun juga Sesat!!! Apalagi siapapun orangnya yang berani bilang Syekh Siti Jenar Itu Sesat?Kita semua memang Sesat, makanya kita harus kembali kejalan yang benar! Setiap hari kita Sholat wajib 5 waktu bahkan kita sholat sunah bukankah kita selalu memohon agar diberikan jalan yang lurus! Dalam sholat kita senantiasa membaca Al Fatehah termaktub ayat "Ihdinash Shiratal Mustaqim" yang artinya, "Ya Allah, Tunjukilah kami jalan yang lurus".
Berarti hidup kita belumlah lurus dan masih sesat dan penuh kemudharatan dalam hidup kita, wajarlar kita senantiasa membaca "Ihdinash Shiratal Mustaqim".
Mengamalkan "Ihdinash Shiratal Mustaqim" yakni permohonan berupa petunjuk ke jalan yang lurus mencakup tiga point. Antara lain:
Pertama, memohon kepada Allah agar mengaruniakan kepada kita ilmu yang bermanfaat. Masih banyak di antara petunjuk Allah yang belum kita ketahui. Kita tidak boleh merasa cukup dengan ilmu yang kita miliki. Kita sering berdoa kepada Allah, "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, hati yang khusyuk, lisan yang selalu basah berzikir, dan amal yang diterima.”
Kita juga meminta perlindungan kepada Allah dengan doa, "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tidak pernah merasa puas, dan dari doa yang tidak dikabul."
Sudahkah kita bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu Islam? Sudahkah kita serius mempelajari dan memahami Alquran dan Hadis Nabi SAW, seperti pemahaman para sahabat Rasulullah?
"Ihdinash Shiratal Mustaqim." Kita ucapkan benar-benar dari hati. Bukan sekadar basa-basi atau main-main. Doa tersebut perlu pembuktian.
Kedua, kita memohon kepada Allah agar dimudahkan dalam mengamalkan ilmu yang telah Allah karuniakan. Di antara doa yang sering kita panjatkan, "Ya Allah, bantulah aku untuk dapat mengingat-Mu, untuk dapat mensyukuri nikmat-Mu, dan untuk dapat beribadah kepada-Mu dengan baik."
Tidaklah menjadi jaminan seseorang yang telah mengetahui kebenaran itu mengamalkannya. Ada faktor-faktor yang menghalangi seseorang untuk mengikuti kebenaran meskipun ia tahu dan berilmu.
Hasud, sombong, cinta harta, cinta kedudukan, cinta kepada lawan jenis, ambisi kekuasaan, fanatisme kepada suku, kelompok, kampung halaman, nenek moyang dan adat istiadat, itu semua dapat menghalangi seseorang untuk mengikuti kebenaran. Hal itu juga dapat menjerumuskan seseorang pada jalan yang dimurkai Allah (sesat). Diperlukan kejujuran, kesabaran, dan kebesaran jiwa serta keberanian untuk merenung, mengevaluasi, dan segera memperbaiki diri. Setan akan selalu berusaha untuk menghiasi agar kita memandang indah kebatilan dan untuk mencari-cari dalil sebagai pembenaran. Akan tetapi, nurani kita tidak bisa dibohongi. Mintalah kepada Allah agar memberi kekuatan kepada kita dalam mengekang hawa nafsu dan melawan godaan setan yang terkutuk.
Ketiga, kita memohon kepada Allah untuk meneguhkan hati agar tetap istiqamah sampai akhir hayat. Hati manusia mudah berbolak-balik. Pagi hari beriman, sore bisa menjadi kafir. Hari ini bersih dan ikhlas, besok bisa ternoda dan berubah niat.
Di antara doa yang kita mintakan kepada Allah, "Ya Rabb, janganlah Engkau palingkan hati kami pada kesesatan setelah Engkau beri hidayah kepada Kami, berilah untuk kami rahmat (kasih sayang) dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.” (QS Ali Imran [3]: 8).
Rasulullah SAW sering berdoa, "Ya Allah yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku agar selalu (istiqamah) berada di atas jalan (agama) Mu."
Ketiga poin tersebutlah tercakup dalam "Ihdinash Shiratal Mustaqim", dan sesungguhnya kita semua berada dalam kesesatan yang nyata, maka kita harus kembali ke jalan yang benar. Tidak perlu menuding orang sesat sedangkan diri kita sendiri juga belum benar. Lebih pada rasa intropeksi diri, jangan main tuding menganggap orang sesat agar dilihat orang banyak bahwa kita sendiri yang paling benar. Sungguh itu hal yang merugi, terlebih debat kusir soal aliran agama, kembali pada Al Quran dan Hadist Rasulullah.
Benarkah Ajaran Syekh Siti Jenar Itu Sesat?
Berikut tanya jawab kami dengan budayawan jawa tengah yakni R.Tjakra Djajaningrat yang masih keturunan dari Syekh Siti Jenar dari jalur ayahnya bapaknya. Syekh Siti Jenar adalah seorang tokoh yang dianggap sebagai sufi dan salah seorang penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Memang terkait asal-usul serta sebab kematian Syekh Siti Jenar tidak diketahui dengan pasti karena ada banyak versi yang simpang-siur mengenai dirinya dan akhir hayatnya. Demikian pula dengan berbagai versi lokasi makam tempat ia disemayamkan untuk terakhir kalinya. Adapula suatu kisah yang dituturkan oleh R.Tjakra Djajaningrat yang mengisahkan Syekh Siti Jenar korban politik masa mendirikan kerajaan Demak, dianggap pengkhianat lantaran melawan penguasa Kerajaan Demak yang didukung oleh dewan Wali Songo, karena kesuksesannya mengIslamkan orang-orang/ tokoh dari Kerajaan Majapahit, tentu dianggap penghambat berdirinya kerajaan Demak Bintoro. Bila nantinya semua orang Majapahit banyak yang masuk Islam semua tentu ini menjadi masalah besar, karena tahta kepemimpinan tidak beralih pada Raden Fatah. Dengan itulah Syekh Siti Jenar harus disingkirkan agar tujuan utama mendirikan kerajaan islam demak bisa segera terwujud. Dan apa yang diajarkan dijadikan alasan utama bahwa Syekh Siti Jenar mengajarkan kesesatan. Setiap Wali di era itu memiliki cara sendiri-sendiri untuk mensyiarkan islam, yakni mengawinkan budaya dan agama.
Syekh Siti Jenar mengajarkan pemahaman Manunggaling Kawula Gusti pada syiarnya agar orang jawa yang berkeyakinan paham animisme dan dinamisme juga beragama hindu mau masuk agama islam. Sebab pola pikir orang jawa tempo dulu memuja pohon atau batu meminta kesaktian, berkah dsb. Sebagai seorang waliyullah tentu prihatin dengan melihat kemusyikan waktu itu, dan bagaimana syiar yang tepat agar orang mau masuk islam. Karena kehidupan orang jawa tak lepas dari ngelmu kebatinan tentu hal kebatinannya yaang harus dibenahi. Bukan lagi menyebut dewa dewi tapi menyebut Allah SWT.
Dengan hal itu banyak orang yang masuk islam karena untuk berhubungan dengan Tuhan tidak perlu memakai sesaji, dan lelaku yang neko-neko cukup membaca 2 kalimah syahadat dan bersembahyang menyebut nama Allah yang disebutnya sholat daim. Dengan sholat daim orang akan berdzikir keluar masuknya nafas mengingat Allah selalu. Untuk pemahaman syairat di ajarkan pelan-pelan. Hal inilah dianggap salah oleh dewan Wali Songo karena pemahaman seperti ini bisa menyesatkan untuk orang yang baru masuk islam. Sehingga Syekh Siti Jenar harus dihukum atas perbuatannya ini karena mengajarkan hal diluar syariat. Tentu ini hanya sebagai alasan semata karena ditebengi politik dimasa itu untuk merebut kekuasaan kerajaan Majapahit agar Demak bisa berdiri sendiri sebagai kerajaan islam tanpa bayang-bayang pemerintahan dari Majapahit. Tentunya untuk hal itu dibutuhkan pengorbanan termasuk Syeh Siti Jenar harus disingkirkan. Sebenarnya dewan Wali Songo tidak menyalahkan hal itu, sebab syiar Syeh Siti Jenar bukan mengajarkan hal sesat tetapi justru meluruskan pola pikir yang salah kaprah dari orang-orang jawa penganut ilmu kebatinan yang memuja dedemit penghuni batu/ pohon, dsb. Dewan Wali Songo terpaksa melakukan hukuman mati pada Syeh Siti Jenar agar tidak ada penghalang berdirinya kerajaan Demak dan perebutan tahta Majapahit agar berjalan dengan lancar.
Demikian kisah Syekh Siti Jenar, jadi sekarang beliau sesat atau tidaknya sudah terjawab, dan semua dikembalikan pada pendapat diri anda sendiri.
Sumber: Kitab Syekh Siti Jenar
Andapun juga Sesat!!! Apalagi siapapun orangnya yang berani bilang Syekh Siti Jenar Itu Sesat?Kita semua memang Sesat, makanya kita harus kembali kejalan yang benar! Setiap hari kita Sholat wajib 5 waktu bahkan kita sholat sunah bukankah kita selalu memohon agar diberikan jalan yang lurus! Dalam sholat kita senantiasa membaca Al Fatehah termaktub ayat "Ihdinash Shiratal Mustaqim" yang artinya, "Ya Allah, Tunjukilah kami jalan yang lurus".
Berarti hidup kita belumlah lurus dan masih sesat dan penuh kemudharatan dalam hidup kita, wajarlar kita senantiasa membaca "Ihdinash Shiratal Mustaqim".
Mengamalkan "Ihdinash Shiratal Mustaqim" yakni permohonan berupa petunjuk ke jalan yang lurus mencakup tiga point. Antara lain:
Pertama, memohon kepada Allah agar mengaruniakan kepada kita ilmu yang bermanfaat. Masih banyak di antara petunjuk Allah yang belum kita ketahui. Kita tidak boleh merasa cukup dengan ilmu yang kita miliki. Kita sering berdoa kepada Allah, "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, hati yang khusyuk, lisan yang selalu basah berzikir, dan amal yang diterima.”
Kita juga meminta perlindungan kepada Allah dengan doa, "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tidak pernah merasa puas, dan dari doa yang tidak dikabul."
Sudahkah kita bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu Islam? Sudahkah kita serius mempelajari dan memahami Alquran dan Hadis Nabi SAW, seperti pemahaman para sahabat Rasulullah?
"Ihdinash Shiratal Mustaqim." Kita ucapkan benar-benar dari hati. Bukan sekadar basa-basi atau main-main. Doa tersebut perlu pembuktian.
Kedua, kita memohon kepada Allah agar dimudahkan dalam mengamalkan ilmu yang telah Allah karuniakan. Di antara doa yang sering kita panjatkan, "Ya Allah, bantulah aku untuk dapat mengingat-Mu, untuk dapat mensyukuri nikmat-Mu, dan untuk dapat beribadah kepada-Mu dengan baik."
Tidaklah menjadi jaminan seseorang yang telah mengetahui kebenaran itu mengamalkannya. Ada faktor-faktor yang menghalangi seseorang untuk mengikuti kebenaran meskipun ia tahu dan berilmu.
Hasud, sombong, cinta harta, cinta kedudukan, cinta kepada lawan jenis, ambisi kekuasaan, fanatisme kepada suku, kelompok, kampung halaman, nenek moyang dan adat istiadat, itu semua dapat menghalangi seseorang untuk mengikuti kebenaran. Hal itu juga dapat menjerumuskan seseorang pada jalan yang dimurkai Allah (sesat). Diperlukan kejujuran, kesabaran, dan kebesaran jiwa serta keberanian untuk merenung, mengevaluasi, dan segera memperbaiki diri. Setan akan selalu berusaha untuk menghiasi agar kita memandang indah kebatilan dan untuk mencari-cari dalil sebagai pembenaran. Akan tetapi, nurani kita tidak bisa dibohongi. Mintalah kepada Allah agar memberi kekuatan kepada kita dalam mengekang hawa nafsu dan melawan godaan setan yang terkutuk.
Ketiga, kita memohon kepada Allah untuk meneguhkan hati agar tetap istiqamah sampai akhir hayat. Hati manusia mudah berbolak-balik. Pagi hari beriman, sore bisa menjadi kafir. Hari ini bersih dan ikhlas, besok bisa ternoda dan berubah niat.
Di antara doa yang kita mintakan kepada Allah, "Ya Rabb, janganlah Engkau palingkan hati kami pada kesesatan setelah Engkau beri hidayah kepada Kami, berilah untuk kami rahmat (kasih sayang) dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.” (QS Ali Imran [3]: 8).
Rasulullah SAW sering berdoa, "Ya Allah yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku agar selalu (istiqamah) berada di atas jalan (agama) Mu."
Ketiga poin tersebutlah tercakup dalam "Ihdinash Shiratal Mustaqim", dan sesungguhnya kita semua berada dalam kesesatan yang nyata, maka kita harus kembali ke jalan yang benar. Tidak perlu menuding orang sesat sedangkan diri kita sendiri juga belum benar. Lebih pada rasa intropeksi diri, jangan main tuding menganggap orang sesat agar dilihat orang banyak bahwa kita sendiri yang paling benar. Sungguh itu hal yang merugi, terlebih debat kusir soal aliran agama, kembali pada Al Quran dan Hadist Rasulullah.
Benarkah Ajaran Syekh Siti Jenar Itu Sesat?
Berikut tanya jawab kami dengan budayawan jawa tengah yakni R.Tjakra Djajaningrat yang masih keturunan dari Syekh Siti Jenar dari jalur ayahnya bapaknya. Syekh Siti Jenar adalah seorang tokoh yang dianggap sebagai sufi dan salah seorang penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Memang terkait asal-usul serta sebab kematian Syekh Siti Jenar tidak diketahui dengan pasti karena ada banyak versi yang simpang-siur mengenai dirinya dan akhir hayatnya. Demikian pula dengan berbagai versi lokasi makam tempat ia disemayamkan untuk terakhir kalinya. Adapula suatu kisah yang dituturkan oleh R.Tjakra Djajaningrat yang mengisahkan Syekh Siti Jenar korban politik masa mendirikan kerajaan Demak, dianggap pengkhianat lantaran melawan penguasa Kerajaan Demak yang didukung oleh dewan Wali Songo, karena kesuksesannya mengIslamkan orang-orang/ tokoh dari Kerajaan Majapahit, tentu dianggap penghambat berdirinya kerajaan Demak Bintoro. Bila nantinya semua orang Majapahit banyak yang masuk Islam semua tentu ini menjadi masalah besar, karena tahta kepemimpinan tidak beralih pada Raden Fatah. Dengan itulah Syekh Siti Jenar harus disingkirkan agar tujuan utama mendirikan kerajaan islam demak bisa segera terwujud. Dan apa yang diajarkan dijadikan alasan utama bahwa Syekh Siti Jenar mengajarkan kesesatan. Setiap Wali di era itu memiliki cara sendiri-sendiri untuk mensyiarkan islam, yakni mengawinkan budaya dan agama.
Syekh Siti Jenar mengajarkan pemahaman Manunggaling Kawula Gusti pada syiarnya agar orang jawa yang berkeyakinan paham animisme dan dinamisme juga beragama hindu mau masuk agama islam. Sebab pola pikir orang jawa tempo dulu memuja pohon atau batu meminta kesaktian, berkah dsb. Sebagai seorang waliyullah tentu prihatin dengan melihat kemusyikan waktu itu, dan bagaimana syiar yang tepat agar orang mau masuk islam. Karena kehidupan orang jawa tak lepas dari ngelmu kebatinan tentu hal kebatinannya yaang harus dibenahi. Bukan lagi menyebut dewa dewi tapi menyebut Allah SWT.
Dengan hal itu banyak orang yang masuk islam karena untuk berhubungan dengan Tuhan tidak perlu memakai sesaji, dan lelaku yang neko-neko cukup membaca 2 kalimah syahadat dan bersembahyang menyebut nama Allah yang disebutnya sholat daim. Dengan sholat daim orang akan berdzikir keluar masuknya nafas mengingat Allah selalu. Untuk pemahaman syairat di ajarkan pelan-pelan. Hal inilah dianggap salah oleh dewan Wali Songo karena pemahaman seperti ini bisa menyesatkan untuk orang yang baru masuk islam. Sehingga Syekh Siti Jenar harus dihukum atas perbuatannya ini karena mengajarkan hal diluar syariat. Tentu ini hanya sebagai alasan semata karena ditebengi politik dimasa itu untuk merebut kekuasaan kerajaan Majapahit agar Demak bisa berdiri sendiri sebagai kerajaan islam tanpa bayang-bayang pemerintahan dari Majapahit. Tentunya untuk hal itu dibutuhkan pengorbanan termasuk Syeh Siti Jenar harus disingkirkan. Sebenarnya dewan Wali Songo tidak menyalahkan hal itu, sebab syiar Syeh Siti Jenar bukan mengajarkan hal sesat tetapi justru meluruskan pola pikir yang salah kaprah dari orang-orang jawa penganut ilmu kebatinan yang memuja dedemit penghuni batu/ pohon, dsb. Dewan Wali Songo terpaksa melakukan hukuman mati pada Syeh Siti Jenar agar tidak ada penghalang berdirinya kerajaan Demak dan perebutan tahta Majapahit agar berjalan dengan lancar.
Demikian kisah Syekh Siti Jenar, jadi sekarang beliau sesat atau tidaknya sudah terjawab, dan semua dikembalikan pada pendapat diri anda sendiri.
Sumber: Kitab Syekh Siti Jenar